Petruk Lan Gareng
Sobo Hadeging Nagari Dalem Ngayogyakarta Hadiningrat 268
“Pulang ke kotamu. Ada
setangkup haru dalam rindu. Masih seperti dulu tiap sudut. Menyapaku. Bersahabat
penuh selaksa makna. Terhanyut aku akan nostalgia. Saat kita sering luangkan waktu. Nikmati bersama suasana jogja......”
Dua
punakawan kondang sedang on the way
menuju bumi. Seiring dengan lantunan merdu lirik yang terdengar saat
mereka melintasi kayangan dalam perjalanan menuju ke bumi dan mendarat tepat di
suatu kota yang indah bernama Yogyakarta. Lagu yang dinyayikan makhluk bumi
yang disebut manusia.
Sebelum
mereka sampai ke Yogyakarta mereka bertransformasi ke wujud manusia. Agar
terlihat normal.
Petruk : Reng, kepriye yen awak e dewe ngerubah wujud dadi manungso?
Gareng : Lho la ngopo?
Petruk :
Yo ben ketok normal to, mosok awak e dewe melakukan peyelidikan nganggo wujud
koyo ngene. Engko sing ono kabeh podo wedi.
Gareng : Ooooo yo bener-bener. Yo wis ayo ngerubah wujud dadi manungso.
Wuuuuuuuussssss.......
tak butuh waktu lama mereka sekarang telah berubah wujud menjadi manusia. Dan
pada akhirnya Punakawan kondang Petruk lan Gareng sobo bumi Ngayogyakarto Hadiningrat.
Waktu
menunjukkan pukul tujuh pagi waktu bumi. Dengan menggunakan kendaraan konvensional manusia
yang disebut motor, dua punakawan ini memulai penyelidikannya di hari Hadeging
Nagari Dalem Ngayogyakarta Hadiningrat ke 268 yang jatuh pada tanggal 20 Maret
2015. Mereka ingin tahu ada kejadian unik apa saja sih di hari berdirinya kota
dengan sejuta keistimewaan “Yogyakarta”.
Mereka
mulai menyusuri jalanan kota Yogyakarta. Tak seperti hari biasanya, hari ini
style manusia begitu memukau dalam balutan pakaian adat khas Yogyakarta.
Laki-laki mengenakan baju surjan
dengan bahan dasar lurik atau warna polos dengan lengan panjang dilengkapi blangkon dan jarik batik sebagai
bawahannya. Tak lupa ikat pinggangnya yang biasa disebut Lonthong dan kamus atau epek. Ditambah keris atau dhuwung
sebagai pelengkap. Cenela atau selop
sebagai alas kakinya. Sedangkan yang perempuan mengenakan kebaya Tangkepan
polos, bawahan jarik, rambut disanggul dan selop sebagai alas kakinya.
Rona
wajah para manusia ini benar-benar antusias menayambut Hadeging Nagari Dalem
Ngayogyakarta Hadiningrat ke 268. Salut nya lagi, meskipun saat itu sedang diguyur
hujan yang cukup membuat tubuh basah, namun itu tak mengurungkan niat mereka
untuk berangkat menuju tempat kerja dalam balutan busana jawa dalam rangka nguri-nguri bodoyo jawi (melestarikan
budaya jawa). Petruk mengabadikan beberapa moment unik lewat jepretan kamera
handphone. “Jarang-jarang kita turun ke bumi. Foto dulu ah” celetukya kepada
Gareng yang sedang fokus mengemudikan motor.
Petruk
dan Gareng tiba-tiba saja menyamar sebagai wartawan karena rasa kepo yang tak
tertahankan. Dengan lagak wartawan profesional, mereka masuk ke Kantor Inspektorat Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan langsung mengajukan pertanyaan kepada salah satu pegawai badan
inspektorat yang kebetulan sedang melintas di halaman depan kantor Inspektorat Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut keterangan
mas Topaz, para pegawai Kantor Inspektorat Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memakai baju jawa memang selalu
dilakukan di Hadeging Nagari Yogyakarta.
“Mengenakan pakaian jawa seperti ini
diberlakukan untuk semua pegawai di lingkungan pemerintah daerah Daerah
Istimewa Yogyakarta”. Lanjut mas Topaz dengan keramahannya dan senyum yang tak
henti mengembang di wajahnya.
Dan Petruk
lagi-lagi meminta izin untuk memfoto mas Topaz dengan alasan untuk dokumentasi.
(hehe)
Ini nih yang namanya mas Topaz
Suasana halaman Kantor Inspektorat Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Ternyata
pakaian jawa juga terlihat dikenakan oleh petugas Trans Jogja baik bagian
tiket, maupun sopir dan rekan-rekannya. “Wah tambah salut deh. Sukses nguri-nguri budaya jawanya”. Batin
Gareng. Namun sayang momen yang satu ini tak sempat diabadikan dalam kamera karena baterai
handphone Gareng habis dan handphone nya mati.
Esokknya
sebelum kembali ke kayangan mereka juga sempat membeli koran dan mencari berita
tentang Hadeging Nagari Ngayogyakarta ke 268. Sebagai kenang-kenangan di kayangan. Kini penyelidikan Hadeging Nagari
Ngayogyakarta Hadiningrat ke 268 oleh Petruk dan Gareng telah usai dan kini saatnya
mereka kembali ke kayangan.
Koran Kedaulatan Rakyat edisi Minggu 22 Maret 2015
(membahas tentang pengajian dalam rangka Hadeging Nagari Dalem Ngayogyakarta Hadiningrat ke 268 yang diadakan di Kraton Yogyakarta yang dihadiri Sultan Hamengku Buwana X )
Koran Harian Yogya edisi Sabtu, 21 Maret 2015
(membahas bahwa seluruh PNS se-Yogyakarta mengenakan pakaian adat jawa Yogyakarta)
Komentar
Posting Komentar