·
Fighting for
Writing
Hidup dipenuhi dengan perjalanan dan
kisah. Perjalanan dan kisah inilah yang terkadang merupakan sumber ide membuat
tulisan. “Kita harus mengasah kepekaan kita terhadap lingkungan” kata bu
Ismawati di suatu pertemuan kuliah.
Kuliah yang dari awal perjumpaan hingga
detik ini saya menulis dan kelak tulisan ini berpindah tangan alias dikumpulkan
selalu berada di hari kamis. Karena memang itulah jadwal yang telah ditentukan.
Sehingga saya punya istilah sendiri untuk sang hari kamis di semester 4 ini,
yaitu kamis is writing in the morning.
Begitu banyak hal yang dapat saya
pelajari dari mata kuliah media planning. kepenulisan menjadi fokus utama mata
kuliah ini. Feature, opini,
jurnalistik sastra, essai dan artikel travelling
merupakan jenis-jenis tulisan yang bisa diciptakan oleh tangan-tangan
kreatif mahasiswa. Mengapa jenis-jenis tulisan tersebut yang dipilih??
Jawabannya adalah karena tulisan tersebut berdasarkan fakta informatif bukan
fiksi.
Ibu Ismawati Retno di dapuk menjadi
dosen pegampu mata kuliah ini. ibu Ismawati bisa dibilang dosen teristimewa
karena beliau mengampu dua mata kuliah sekaligus di tingkat 4 ini, yaitu
strategi kreatif perencanaan program PR dan media planning. “Menulis itu
seperti belajar sepeda, sekali kalian bisa maka kalian akan bisa selamanya”
kata ibu Ismawati tentang keuntungan dari mahir menulis di beberapa perjumpaan.
Perumpamaan sederhana namun penuh makna.
Beliau mengharapkan agar teman-teman
MIK bisa membuat tulisan karya ilmiah yang bagus di mata kuliah lain karena
faktanya banyak sekali mata kuliah yang ada hubungannya dengan menulis.
Di setiap perjumpaan selalu ada sesi
curhat tentang kesulitan mahasiswa yang dialami mahasiswa. Pada sesi ini Ibu
Ismawati pernah memberikan solusi kevakuman menulis dan kebuntuan ide yaitu
dengan membaca dan membaca. Perbanyak referensi, lihat fenomena lingkungan
sekitar dan mengadopsi berita yang sudah ada namun bukan untuk mencuri ide
melainkan untuk memperkaya ide dan memudahkan menulis.
Ibu Ismawati juga berbagi tips tentang
menulis di media online. Untuk menulis berita
kuncinya adalah singkat, agar pembaca tidak lelah, namun terus di update berdasarkan sudut pandang yang
berbeda. Sedangkan untuk tulisan lepas, penulisan judul harus lengkap agar
Google menempatkan tulisan kita di urutan atas pencarian.
Judul adalah inti sebuah tulisan. Tanpa
judul tulisan akan mati karena judul ialah nyawa tulisan yang mampu membuat
pembaca tertarik dan penasaran. Namun
menulis judul juga ada etikanya, tidak sembarangan, apalagi jika tulisan itu
menyangkut seseorang. “Maka izin pada pihak yang menjadi objek tulisan menjadi
sangat penting”. Kata bu Ismawati di pertemuan 12 Maret 2015 yang kala itu bercerita
tentang pentingnya judul sebuah tulisan.
Memasak Bersama merupakan judul yang
pernah dijadikan contoh memecah ide. Ide tersebut berupa kenapa, bagaimana,
kesulitan, bahan, jenis masakan, cara, dimana, bersama siapa dan kapan.
Tidak sampai disitu, Ibu Iamawati juga
menunjukkan para kawan MIK contoh tulisan Pepih Nugraha yang berjudul “Berani”
yang menurut beliau itu merupakan salah satu tulisan bagus dan judulnya pun
menarik. Bahasa yang digunakan juga bukan bahasa formal yang serba ilmiah
seperti yang saya gunakan di tulisan tugas pertama saya yang mengangkat
fenomena loper koran. Nah dari sini saya menjadi tertantang untuk berusaha
menemukan judul menarik di setiap tulisan tugas saya kelak di kemudian hari.
Benar saja di tugas selanjutnya tentang
misi menulis event Hadeging Nagari Dalem
Ngayogyakarta Hadiningrat ke-268.
saya memutuskan untuk membuat tulisan fakta yang saya padukan dengan sedikit
fiksi tentang para punakawan sakti yang njawani.
Saya pikir itu merupakan salah satu strategi saya mengadirkan tulisan tersebut
dalam bentuk yang lebih menarik. Karena sungguh saya benar-benar baru pertama
kali mendengar kata Hadeging Nagari Dalem
Ngayogyakarta Hadiningrat. Otak saya syok karena bingung harus menulis apa
dan mengambil sudut pandang dari mana. Lagi-lagi seperti kata Bu Ismawati bahwa
kita harus membuat tulisan seakan kita bertutur cerita sehingga tidak memberatkan. Kalimatnya pun
merupakan kalimat-kalimat pendek, untuk menghindari kejenuhan membaca. Pada
akhirnya saya memutuskan mengambil sudut pandang fenomena penampilan Yogyakarta
saat moment itu dan mengabadikannya
dalam foto.
The
next mission is grass root, but is not mission imposible. Kawan-kawan MIK semester 4 diharapkan mampu menghasilkan
karya original dengan menghadirkan sosok “akar rumput” kampus MMTC yogyakarta
dengan segala sisi lain mereka. Tentunya berdasarkan fakta. Fakta ini diperoleh
melalui wawancara. “Wawancara itu ada tekniknya” kata bu Ismawati menjelaskan.
“harus sopan, menyiapkan pertanyaan dan buat alur tanya jawab dan komunikatif”
lanjut bu Ismawati memaparkan teknik berwawancara yang baik.
Beda hari beda cerita beda kesannya,
beda pula tugas dan materinya. Itu sedikit kata yang bisa saya gunakan untuk
menggambarkan mata kuliah ini dan segala yang bernaung di dalamnya. Dimana
minggu-minggu selanjutnya hingga minggu terakhir menjelang UTS Ibu Ismawati
memberi mandat berupa tugas tentang event.
Kemasannya bebas tak harus reportase ala wartawan profesional. Namun event-nya harus event kampus tercinta STMM MMTC Yogyakarta.
Penugasan ini bisa dibilang menjadi
titik balik berseminya kebiasaan baru yang positif di para mahasiswa MIK
semester 4. Rajin menengok mading itulah kebiasaan baru yang mulai menjadi
bagian hidup mahasiswa MIK semester 4 belakangan ini. Mading menjadi tempat yang
wajib di tengok keadaanya tiap beberapa hari sekali.” Siapa tau ada event baru nan seru untuk dituju dan
diramu”. Saya pribadi menghaturkan terima kepada Ibu Ismawati karena telah
menghadirkan kebiasaan baru di MIK.
Dari sini saya katakan menulis itu
gampang, namun untuk membuat tulisan yang memiliki bobot dan kualitas tulisan
yang excellent itu ternyata
gampang-gampang susah. Saya tidak mengatakan sulit. Ini perlu digarisbawahi
mengingat di bangku taman kanak-kanak sebenarnya kita sudah belajar menulis
walaupun huruf per huruf. Sampai
kemudian kita belajar menulis kata dan dikenalkan dengan yang namanya paragraf
hingga paragraf padu di bangku sekolah yang lebih tinggi. Begitu seterusnya
dimana tulis menulis selalu diulik dari tahun ke tahun masa belajar manusia.
Wajar memang mengingat menulis selalu dibutuhkan selama proses belajar manusia,
entah itu tulisan ilmiah, tulisan lepas, atau bahkan tulisan sastra. Semua
membutuhkan yang namanya menulis.
Tengah semester ini ditutup dengan
indah berkat kehadiran Mas Gufron sang tamu spesial asal mahasiswa kedinasan
semester 7 yang juga mengadu ilmu di MMTC tercinta. Pemuatan tulisanya dua
pekan lalu di koran Tribun membuat Mas Gufron dirasa bisa dijadikan teman
curhat tentang menulis. Pria asal Balikpapan ini bertutur tentang perjungannya
yang tidak mudah demi mahir menulis. Pada kesempatan ini Mas Gufron juga
memberikan tips dan trik menulis yang baik agar tulisan kita bisa dimuat di
koran.
“orang jurusan komunikasi menulis
tentang sisi geologi gunung Merapi tentu tidak dipercaya” papar Ibu Ismawati
mewanti-wanti bahwa menulis sesuai bidang itu penting agar tulisan kita dapat
dimuat di media. Karena siapa saya adalah
apa yang saya tulis dan aku ada karena aku menulis.
Tips lain agar tulisan kita dapat
dimuat di media, pertama, hindari
kalimat panjang di tiap paragraf, dengan jumlah sekitar 300-400 kata. Kedua, sesuaikan gaya bahasa tulisan
kita dengan gaya bahasa media yang dituju. Ketiga,
sesuaikan tulisan dengan audience dan segmentasi media yang dituju. keempat, judul harus menarik dan
nyambung dengan isi. Judul berperan untuk menarik minat redaktur untuk membaca
tulisan kita. Meskipun begitu, redaksi
terkadang melihat nama si penulis. Tulisan penulis terkenal berpeluang sekali
untuk dimuat. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan tulisan penulis
pemula dimuat di media. So keep fighting for writing.
Mahasiswa MIK pada mata kuliah ini diharuskan
memiliki blog yang nantinya untuk menampung kreativitasnya dalam bidang kepenulisan.
Dimana ide diwujudkan menjadi kata yang dirangkai menjadi kalimat dan menggabungkannya
menjadi paragraf padu. Kumpulan paragraf-paragraf buah pikiran mahasiswa ini
lah yang nantinya diposting untuk menghiasi dan menyemarakkan blog mereka. Tulisan
yang harus terkumpul di akhir semester dipatok minimal 30 tulisan, terdiri dari
20 tuliasan wajib dan 10 tulisan tambahan.
Komentar
Posting Komentar